KELULUSANKU

 

Sudut Pandang Bahagia Si Bungsu ke-6 Saat Wisuda

            Sebuah cerita dari si bungsu yang merubah sudut pandang wisuda bukan sebuah perayaan yang membuat ia bahagia. Berbagai usaha dan lika liku yang dilalui tidak berbuah hasil yang bahagia namun awal dari si bungsu harus ikhlas menerima kenyataan pahit dihidupnya.

Wisuda adalah suatu yang dinanti nanti bagi para mahasiswa setelah berjuang memerangi skripsi yang mereka buat. Siapa yang tidak akan bahagia ketika proses usaha selama bertahun tahun berakhir dengan kelulusan. Kebanyakan orang menantikan momen wisuda dengan menyambutnya dengan meriah dengan keluarga, teman dan orang orang tercinta. Acara yang sakral digelar dengan meriah oleh pihak universitas untuk menyambut kelulusan mahasiswa.

Ketika acara sakral wisuda digelar meriah untuk menyambut kelulusan banyak dari mahasiswa dengan keluarganya merasa bahagia, serta tangis haru kebahagiaan menyelimuti kedua orang tua mereka. Foto bersama dengan kedua orang tua dan saudara menjadi momen kerukunan serta kelengkapan sebuah keluarga besar. Banyak hadiah dan kejutan dari keluarga untuk mereka yang telah menyelesaikan studinya. Usaha yang telah diperjuangkan beberapa tahun usai menjadi suatu pencapaia dan harapan besar menjadi suatu kebanggaan bagi keluarga besar.

Berbeda degan si bungsu ke-6 ini, lika liku yang ia hadapi, begitu banyak pengorbanan dan perjuangan yang telah diusahakan tidak membuahkan hasil kebahagiaan diatas kelulusannya. Skripsi, sidang sampai persiapan wisuda sibungsu lakukan dan usahakan sendiri tanpa orang lain bahkan keluarga. Ia sembunyikan semua lika liku dan permasalahan dihidupnya yang terus muncul disaat persiapan menuju kelulusan. Mulai dari permasalahan keluarga, pertemanan bahkan percintaan yang dia alami di saat ia sedang berproses sendiri.

Permasalahan sibungsu dari mulai saudara yang ditimpa musibah, pertemanan yang mulai egois dan munafik dan percintaan yang gagal karna sebuah perselingkuhan. Di akhir akhir proses menuju kelulusan sibungsu harus mempersiapkan kebutuhanya sendiri. Bekerja sampingan untuk membeli perlengkapan wisuda agar tidak merepotkan kedua orang tua dan saudara saudaranya.

Pada saat kelulusan tiba sibungsu hanya bisa melihat kesedihan dimata ibunya. Hal yang membuat ibu si bungsu merasa sedih karena pada saat kelulusan bungsu hanya ibu dan bapaknya saja yang datang. Si bungsu yang mempunyai 5 saudara dan banyaknya sepupu dan keluarga besar yang sering meminta bantuan sibungsu tidak ada yang datang diacara bahagia itu. Ibu si bungsu melihat banyak bunga dan kado dari keluarga besar teman-temanya untuk kelulusan saudara mereka. Sedangkan tidak ada satupun saudara maupun keluarga yang datang diacara kelulusan si bungsu dan tidak ada satupun yang mengirim hadiah. Menurut si bungsu bahagia itu ketika bisa menerima takdir dan memahami rasa syukur serta yakin akan hal baik pasti akan datang.

Pada saat kelulusan ibu sibungsu melihat anaknya dengan rasa kasihan dan bertanya dengan genangan air dimatanya “Nak disana ada penjual bunga, ibu belikan ya”. Dengan cepat si bungsu menjawab “tidak usah buk, mahal”. Ibu si bungsu yang terus berusaha meyakinkan bahwa ia masih punya ibu yang sayang dengan si bungsu. Kemudian ibu si bungsu merangkul pundak si bungsu sambil berbisik, “ tidak apa ya nak, tidak ada saudara mu satupun yang datang dikelulusanmu bahkan setangkai bunga saja tidak ada di acara bahagia mu ini. Dengan dada sesak sambil tersenyum dan tertawa si bungsu tidak mengherankan hal tersebut karena saudara saudara dia yang sibuk bekerja. Menurut si bungsu bahagia itu ketika bisa menerima takdir dan memahami rasa syukur serta yakin akan hal baik pasti akan datang. 

Komentar

Postingan Populer